Minggu, 03 April 2011
perkehe-siklus estrus
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Siklus yang terjadi pada tubuh betina meliputi siklus ovarium, siklus endometrium, siklus dinding vagina, dan siklus kelenjar susu. Proses aktivitas sexual dari awal sampai akhir dan diulangi lagi disebut siklus estrus. Siklus estrus merupakan siklus reproduksi dari hewan mamalia betina dewasa. Pada primata,dan manusia siklus ini disebut siklus mentruasi. Pada siklus estrus dan menstruasi, ovulasi terjadi pada suatu waktu setelah endometrium mulai menebal dan dialiri banyak darah karena menyiapkan uterus untuk kemungkinan implantasi embrio. Panjang waktu 1 siklus estrus itu berbeda-beda pada mamalia. Pada tikus 4-5 hari, babi 17-20 hari, dan marmot 16 hari.
Siklus estrus terdiri dari empat tahap, yaitu diestrus, proestrus, estrus, dan metestrus. Fase diestrus merupakan tingkat sexual yang apabila tidak terjadi fertilisasi atau kehamilan. Fase proestrus merupakan tingkatan pembentukan folikel sampai pertumbuhan maksimum. Fase estrus menyatakan tingkat folikel yang masak dan tinggal menunggu ovulasi. Fase metestrus adalah tingkatan setelah estrus dalam pembentukan corpus luteum dan sekresi progesteron. Perubahan dalam siklus estrus dapat diamati dengan cara pembuatan preparat sitologis apusan vagina. Oleh karena itu, dilakukan praktikum siklus estrus ini, yaitu dengan membuat preparat sitologis apusan vagina yang dapat digunakan untuk mengetahui tahap-tahap siklus estrus pada mencit (Mus musculus). Praktikum ini merupakan dasar dari praktikum embriologi dan perkembangan hewan lainnya.
1.2 Permasalahan
Permasalahan yang dihadapi dalam praktikum kali ini adalah bagaimana cara mengetahui dan menjelaskan tahap-tahap siklus estrus pada mencit (Mus musculus).
1.3 Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui dan dapat menjelaskan tahap-tahap siklus estrus pada mencit (Mus musculus).
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Reproduksi Betina
Struktur reproduksi eksternal betina adalah klitoris, dan dua pasang labia yang mengelilingi klitoris dan lubang vagina. Sedangkan organ reproduksi internal terdiri dari sepasang gonad dan sebuah sistem yang terdiri dari duktus dan ruangan untuk menghantarkan gamet dan menampung embrio dan fetus. Gonad betina (ovarium) berada di dala rongga abdomen, dan bertautaut melalui mesenterium ke uterus. Masing-masing ovarium terbungkus dalam kapsul pelindung yang keras dan mengandung banyak folikel.Folikel terdiri atas satu sel telur yang dikelilingi oleh satu atau lebih lapisan sel-sel folikel. Sel-sel folkel juga menghasilkan hormon seks utama betina ,yaitu estrogen(Campbell,2004).
Ovarium, terdiri atas medula dan korteks. Dalam medula terdapat pembuluh darah dan sedikit jaringan ikat. Korteks, terdapat folikel-folikel ovarium yang mengandung oosit. Batas antara kedua bagian itu tidak jelas. Permukaan luar ovarium dibatasi oleh epitel germinativum yang sebelah dalamnya terdapat stroma yang membentuk lapisan padat. Oviduk, merupakan bagian anterior dari saluran reproduksi betina.Terdiri atas infundibulum yang dilengkapi oleh corong yang disebut ostium tuba abdominale. Dinding saluran terdiri atas jaringan otot dapat berfungsi untuk memindahkan sel telur atau spermatozoon menuju tempat pembuahan dengan gerakan peristaltik. Uterus, merupakan saluran kelanjutan dari oviduk(Nurhayati, 2004).
Sistem reproduksi betina pada Mamalia terdiri atas : ovarium, oviduk, uterus, vagina, alat kelamin luar. Sistem ini mengalami perubahan siklis dalam struktur dan aktivitas fungsional yang mekanismenya diatur secara hormonal.
a. Ovarium
Sepasang di kiri dan kanan, dalam rongga pelvis. Diikatkan ke dinding dorsal tubuh pada broad ligament uterus oleh mesovarium, dan ke uterus sendiri oleh ligament pula. Dasar jaringan ovarium disebut stroma, mengandung serat jaringan ikat, otot polos dan pembuluh darah yang bergelung-gelung banyak kali. Badan ovariun terdiri atas medula dan korteks. Medula,terdapat pembuluh darah dan sedikit jaringan ikat. Korteks : terdapat folikel-folikel ovarium yang mengandung oosit. Batas antara kedua bagian itu tidak jelas. Permukaan luar ovarium dibatasi oleh epitel germinativum yang sebelah dalamnya terdapat stroma yang membentuk lapisan padat. Pada bagian korteks terjadi perkembangan sel telur mulai dari primordium folikel sampai folikel telur yang siap untuk diovulasikan (Yatim, 1994)
Gambar a. Penampang ovarium
b. Oviduk
Merupakan bagian anterior dari saluran reproduksi betina. Saluran yang akan menampung ovum yang berovulasi dan meneruskannya ke uterus. Di saluran ini berlangsung pula aktivitas yang amat menentukan yaitu pembuahan. Terdiri atas infundibulum yang dilengkapi oleh corong yang disebut ostium tuba abdominale. Dinding saluran terdiri atas jaringan otot dapat berfungsi untuk memindahkan sel telur atau spermatozoon menuju tempat pembuahan dengan gerakan peristaltik. Merupakan tempat proses fertilisasi dan pembelahan zygot (Nurhayati, 2004).
c. Uterus
Merupakan saluran kelanjutan dari oviduk. Menerima ovum dari ovulasi, dan kalau dibuahi tempat pertumbuhan embryo. Terdiri atas bagian : tanduk, badan dan leher. Dinding uterus terdiri atas 3 lapisan yaitu endometrium, myometrium dan perimetrium.
Endometrium, fungsinya :
• Menyiapkan dan ikut bekerja untuk proses nidasi.
• Ikut membina placenta dari pihak induk.
Pada waktu menstruasi, bagian endometrium mengalami peluruhan. Setelah menstruasi lapisan endometrium menjadi tipis sekali.
Myometrium, fungsinya agar uterus dapat berkontraksi. Ada beberapa kegunaann kontraksi itu : •Untuk mengisap spermatozoa yang diejakulasi waktu coitus;
• Untuk melancarkan aliran spermatozoa menuju infudibulum;
•Meluruhkann embryo, placenta atau lapisan fungsionalis endometrium; baik waktu melahirkan, keguguran atau menstruasi.
d. Vagina, terdiri dari 3 lapisan yaitu mukosa, muskularis dan fibrosa.
Mukus yang terdapat dalam lumen vagina berasal dari kelenjar leher vagina (Nurhayati, 2004).
Gambar d. 2.1.4 Alat Reproduksi Betina Bagian Dalam
e. Alat kelamin luar, terdiri atas :
Vestibulum, labium minor, labium mayor, klitoris serta kelenjar vestibulum. Labium merupakan lipatan kulit yang tersusun oleh jaringan lemak, serabut-serabut elastin dan otot
Gambar e. Alat Reproduksi Betina Bagian Luar
(Nurhayati, 2004).
2.2 Daur Pembiakan
Sistem reproduksi betina mengalami suatu daur, yang berulang secara berkala dan teratur. Lama daur pembiakan itu tergantung pada beberapa jenis manusia. Ada yang beberapa hari, ada yang beberapa minggu, ada pula yang setahun. Primata sekitar sebulan. Orang rata-rata 28 hari. Mamalia yang hidup bebas, seperti kucing, anjing, harimau, rusa, sekali tetahun saja melakukan pembiakan, disebut musim pembiakan. Tapi kalau sudah jadi hewan secara turun-temurun, musim pembiakan tidak jelas lagi sekali setahun, bisa 2 - 3 kali setahun. Kecuali primata, pada umumnya jantan mamalia menyesuaikan diri dengan daur pembiakan pada betina (Yatim, 1994).
Daur pembiakan asal-usulnya menyesuaikan diri dengan suasana ekologis (iklim, musim, musuh, gejala astronomis). Burung daerah dingin bertelur di awal musim semi atau musim panas. Hewan laut banyak bertelur ketika air pasang atau sedang bulan purnama (Yatim, 1994).
Meningkatnya suhu serta pancaran cahaya matahari dikira menimbulkan reaksi fisiologis berantai dalam tubuh hewan sehingga mendorong mereka untuk menghasilkan dan mengeluarkan telur. Lewat retina atau suatu indara penerima stimulus suhu dan cahaya, sehingga merangsang hypothalamus otak dan hypophysis, maka digetahkan hormon gonadotropin (Yatim, 1994).
Daftar berikut memperlihatkan lama suatu daur pembiakan pada mamalia :
Spesies | Lama satu daur |
Mencit dan tikus Marmot Sapi, kucing, dan anjing Orang dan kera Simpanse | 5 hari 15 hari 21 hari 28 hari 35 hari |
Tabel 1 : Lama Satu Pembiakan pada Mamalia
Pada mamalia, (tak kentara pada primata) ada rasa membiak (birahi) yang datang secara berkala bagi betinanya, disebut estrus (oestrus). Karena itu pada kelompok hewan demikian daur pembiakan sama atau serentak dengan daur estrus. Daur estrus adalah suatu peristiwa antara dua kejadian estrus (Yatim, 1994).
Seluruh bagian sistem reproduksi mengalami perubahan berkala dalam daur itu. Prinsipnya menyesuaikan diri dengan daur yang dialami alat kelamin primer, yakni ovarium. Pada suatu ketika dalam daur itu ovarium menghasilkan banyak estrogen, dan ini mempengaruhi saluran atau kelenjar sekunder. Bahkan juga tabiat atau behaviour tubuh betina itu secara keseluruhan mengalami perubahan berkala, sesuai deengan perubahan produksi estrogen dalam ovarium (Yatim, 1994).
Daur pembiakan dibagi atas 7 macam menurut daerah genitalia yang mengalaminya:
1. daur ovarium
2. daur tuba
3. daur uterus
4. daur cervix
5. daur vagina
6. daur kelenjar susu
7. daur tabia
(Yatim, 1994).
2.3 Siklus Estrus
Mamalia betina memiliki dua jenis siklus yang berbeda. Manusia dan banyak primata lain mempunyai siklus menstruasi, sementara mamalia lain mempunyai siklus estrus. Siklus ini berdasarkan perubahan berkala pada ovarium, yang terdiri dari 2 fase, yaitu folikel dan lutein. Fase folikel merupakan fase pembentukan folikel sampai masak, sedangkan fase lutein adalah fase setelah ovulasi sampai ulangan berikutnya dimulai (Yatim, 1994).
Banyak hewan yang memiliki daur estrus sekali setahun, disebut monoestrus. Terdapat pada rusa, kijang, harimau, srigala, kucing hutan, dan sebagainya. Ada pula yang memiliki daur beberapa kali setahun, disebut polyestrus. Daur ini pada umumnya terdapat pada Rodentia dan hewan yang sudah turun-temurun dipiara, seperti kucing dan anjing. Anjing memiliki daur 2-3 kali setahun, kucing bisa sampai 4 kali (Yatim, 1994).
Daur estrus, terutama pada polyestrus dapat dibedakan atas tahap : proestrus, estrus, dan diestrus. Proestrus adalah periode pertumbuhan folikel dan dihasilkannya banyak estrogen. Estrogen ini merangsang pertumbuhan selluler pada alat kelamin tambahan, terutama pada vagina dan uterus. Estrus merupakan klimaks fase folikel. Pada masa inilah betina siap menerima jantan, dan pada saat ini pula terjadi ovulasi (kecuali pada hewan yang memerlukan rangsangan sexual lebih dulu untuk terjadinya ovulasi). Waktu ini betina jadi berahi atau panas. Apabila terjadi coitus dan pembuahan, esrtrus diiringi oleh masa hamil. Kalau tidak terjadi pembuahan, terjadi masa haid. Di masa hamil atau haid berlangsunglah fase lutein. Pada fase ini corpus luteum dalam ovarium giat menghasilkan progesteron. Ciri-ciri dari fase siklus estrus tersebut adalah sebagai berikut :
1. Proestrus : terdapat sel epitel biasa
2. Estrus : terdapat sel menanduk (cornified)
3. Diestrus : terdapat sel epitel biasa dan banyak lekosit
4. Matestrus (kalau ada) : terdapat banyak sel epitel menanduk dan lekosit, kemudian juga sel epitel biasa (Yatim, 1994).
Kebanyakan pada mamalia, jika tiada kehamilan, ovarium dan alat kelamin tambahan mengalami perubahan berangsur kembali kepada suasana istirahat, tenang, yang disebut diestrus. Beberapa siklus estrus memiliki masa metestrus atau anestrus. Ini adalah perpanjangan masa diestrus, yang setelah selesai satu daur estrus tak segera dimulai dengan proestrus baru daur berikutnya. Masa istirahat atau masa non-fertil ini berlangsung 1-2 hari, berminggu, atau sampai berbulan. Tikus 1-2 hari, manusia 10-15 hari, dan anjing 40-50 hari (Yatim, 1994).
2.4 Siklus Menstruasi
Menstruasi merupakan pendarahan pada dinding uterus manusia dan mamalia primata yang disebabkan oleh perubahan yang mendadak. Istilah siklus menstruasi secara spesifik mengacu pada perubahan yang terjadi dalam uterus. Waktu menstruasi dihitung dari saat kemunduran endometrium pertama ke saat kemunduran endometrium berikut. Siklus menstruasi dapat dibedakan menjadi beberapa tingkat, yaitu sebagai berikut :
1. Reperasi (4-6 hari)
Pada tingkat ini terjadi penyembuhan luka akibat pecahnya pembuluh darah di bagian lapisan spongiosa. Luka tertutup lagi oleh epithelium.
2. Proliferasi (7-15 hari)
Pada tingkat ini terjadi perbanyakan sel-sel dalam lapisan spongiosa sehingga endometrium mulai tebal lagi dan kelenjar-kelenjar mulai terbentuk lagi dan sudah membuat excret.
3. Sekresi (16-28 hari)
Kelenjar di dalam dinding uterus sudah mengeluarkan excret untuk persiapan penempelan blastocyst dan endometrium menjadi tebal.
4. Menstruasi (1-4 hari)
Terjadi pendarahan endometrium karena pembuluh darah yang pecah akibat tegangan tinggi karena kadar estrogen dalam darah yang tinggi (Sagi, 1990).
Siklus menstruasi dipengaruhi oleh hormon seks perempuan yaitu esterogen dan progesteron. Hormon-hormon ini menyebabkan perubahan fisiologis pada tubuh perempuan yang dapat dilihat melalui beberapa indikator klinis seperti: perubahan suhu basal, perubahan sekresi lender leher lahim ( serviks ), perubahan pada serviks, panjangnya siklus menstruasi, indikator minor kesuburan seperti nyeri perut dan perubahan payudara (Campbell, 2004).
Pada hari 1 sampai hari ke-14 terjadi pertumbuhan dan perkembangan folikel primer yang dirangsang oleh hormon FSH. Pada seat tersebut sel oosit primer akan membelah dan menghasilkan ovum yang haploid. Saat folikel berkembang menjadi folikel Graaf yang masak, folikel ini juga menghasilkan hormon estrogen yang merangsang keluarnya LH dari hipofisis. Estrogen yang keluar berfungsi merangsang perbaikan dinding uterus yaitu endometrium yang habis terkelupas waktu menstruasi, selain itu estrogen menghambat pembentukan FSH dan memerintahkan hipofisis menghasilkan LH yang berfungsi merangsang folikel Graaf yang masak untuk mengadakan ovulasi yang terjadi pada hari ke-14, waktu di sekitar terjadinya ovulasi disebut fase estrus (Campbell, 2004).
LH merangsang folikel yang telah kosong untuk berubah menjadi badan kuning (Corpus Luteum). Badan kuning menghasilkan hormon progesteron yang berfungsi mempertebal lapisan endometrium yang kaya dengan pembuluh darah untuk mempersiapkan datangnya embrio. Periode ini disebut fase luteal, selain itu progesteron juga berfungsi menghambat pembentukan FSH dan LH, akibatnya korpus luteum mengecil dan menghilang, pembentukan progesteron berhenti sehingga pemberian nutrisi kepada endometriam terhenti, endometrium menjadi mengering dan selanjutnya akan terkelupas dan terjadilah perdarahan (menstruasi) pada hari ke-28. Fase ini disebut fase perdarahan atau fase menstruasi. Oleh karena tidak ada progesteron, maka FSH mulai terbentuk lagi dan terjadilan proses oogenesis kembali (Campbell, 2004).
2.5 Perbedaan Antara Siklus Estrus dan Siklus Menstruasi
Dua jenis siklus yang berbeda ditemukan pada mamalia betina. Manusia dan banyak primata lain mempunyai siklus menstruasi (menstrual cycle), sementara mamalia lain mempunyai siklus estrus (estorus cycle). Pada kedua kasus ini, ovulasi terjadi pada suatu waktu dalam siklus itu setelah endometrium mulai menebal dan teraliri banya darah, karena menyiapkan uterus untuk kemungkinan implantasi embrio. Satu perbedaan antara kedua jenis siklus itu melibatkan nasib lapisan uterus jika kehamilan tidak terjadi. Pada siklus menstruasi, endometrium akan meluruh dari uterus melalui serviks dan vagina dalam pendarahan yang disebut sebagai menstruasi. Pada siklus estrus, endometrium diserap kembali oleh uterus, dan tidak terjadi pendarahan yang banyak (Campbell,2004).
Perbedaan utama lainnya meliputi perubahan perilaku yang lebih jelas terlihat selama siklus estrus dibandingkan dengan siklus menstruasi, dan pengaruh musim dan iklim yang lebih kuat pada siklus estrus. Sementara seorang perempuan bisa reseptif terhadap aktivitas seksual sepanjang siklus, sebagian besar mamalia hanya akan berkopulasi selama periode di sekitar ovulasi. Periode aktivitas seksual ini, yang disebut estrus (Bahasa Latin, oestrus, berarti “kegilaan” atau “gairah”), adalah satu-satunya waktu di mana perubahan vagina memungkinkan terjadinya perkawinan. Panjang dan frekuensi siklus reproduksi sangat bervariasi di antara mamalia. Lama siklus menstruasi pada manusia rata-rata 28 hari , siklus estrus tikus hanya 5 hari (Campbell,2004).
2.6 Hubungan Antara Estrus dan Ovulasi
Fase estrus, folikel sudah masak dan tinggal menunggu ovulasi. Pada binatang ada yang terjadi ovulasi secara spontan, sesudah saatnya telur akan keluar dengan sendirinya. Tidak pasti pada tipe tersebut terjadi ovulasi karena folikel itu gugur sebelum masak, keadaan itu disebut siklus estrus tanpa ovulasi.
Species | Waktu Estrus | Waktu Ovulasi |
Anjing Marmut Kuda Kambing Babi Tikus Wanita | 5-10 hari pertengahan siklus estrus. 6-11 jam Rata-rata 5-6 hari 36 jam 1-5 hari 9-20 jam Hasrat menerima suami tidak tergantung siklus estrus, akan tetapi tergantung situasi dan kondisi. | Pada hari ke 1, atau 2-5 setelah estrus mulai. 1-2 jam pada fase estrus mulai. 1-2 hari sebelum estrus berakhir atau hari ke 3 dalam estrus. Pada akhir estrus jam ke 20-36 Pada hari ke 1-3 setelah estrus mulai. 8-11 jam setelah estrus mulai. Pada hari ke 12-17 setelah hari pertama menstruasi. |
Tabel 2 : Beberapa species hewan yang ovulasinya spontan
(Sagi, 1990).
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
Peralatan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah mikroskop, kaca objek, kaca penutup, dan cotton bud (kecil).
3.1.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah mencit (Mus musculus) albino betina, NaCl 0,9 % , dan metylen blue 1 %.
3.2 Cara Kerja
Cotton bud yang sudah dibasahi dengan larutan NaCl 0,9 % diusapkan pada vagina mencit betina. Kemudian cotton bud dioleskan di atas gelas obyek yang bersih. Larutan ditetesi metylen blue 1% dan dibiarkan 3-5 menit. Kelebihan zat warna biru dibuang kemudian dibilas dengan air ledeng. Lalu dikeringkan dan diamati di bawah mikroskop. Setelah itu, gambaran sitologis apusan vagina dan tahap siklus reproduksinya ditentukan. Betina yang sudah siap kawin disatukan dengan seekor jantan dalam satu kandang dan diamati sumbat vagina yang terbentuk keesokan harinya.
SKEMA KERJA
|
- Diusap dengan cotton bud yang telah dibasahi dengan larutan NaCl 0,9%
- Dioles di atas kaca objek
- Ditetesi dengan metylen blue
- Dikeringkan 3-5 menit
- Dibilas dengan air ledeng
- Dikeringkan dan diamati di bawah mikroskop
- Ditentukan gambaran sitologi apusan vagina dan tahap siklus reproduksinya
|
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, N.A. 2004. Biologi Jilid 3. Erlangga: Jakarta.
http://www.health.com/health/library/mdp/0,,tp9815,00.html. Diakses pada tanggal 25 Oktober 2010. Pukul 21.12 WIB
http://www.dhmc.org/webpage.cfm?site_id=2&org_id=818&gsec_id=42765&sec_id=42765&item_id=42767. Diakses pada tanggal 25 Oktober 2010. Pukul 21.12 WIB
Nurhayati, A.P.D. 2004. Diktat Struktur Hewan. ITS: Surabaya.
Sagi, M. 1990. Embriologi Perbandingan pada Vertebrata. UGM: Yogyakarta.
Yatim, W. 1994. Reproduksi dan Embriologi. Tarsito: Bandung.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar