Rabu, 06 April 2011
Bekerja Lebih dari 11 Jam? Waspadai Serangan Jantung!
ANDA sanggup bekerja berjam-jam, tapi tidak demikian dengan jantung Anda. Bekerja lebih dari 11 jam sehari dibanding biasanya, antara 09.00-17.00, secara nyata meningkatkan risiko penyakit jantung.
Besarnya risiko naik sebesar 67 persen pada orang yang bekerja selama berjam-jam. Demikian para peneliti dari Universitas College London, Inggris, melaporkan pada Jurnal Annals of Internal Medicine.
Tim peneliti mendasarkan temuan mereka pada lebih dari 7.000 pegawai negeri sipil yang dilacak kesehatannya sejak 1985.
Selanjutnya, mereka menyarankan dokter untuk juga menanyakan jam kerja pasien mereka saat memeriksa.
"Mempertimbangkan kesehatan pasien termasuk mengukur jam kerja mereka. Ini dilakukan oleh dokter dalam sebuah wawancara yang sangat sederhana. Penelitian kami menyajikan kasus yang kuat yang seharusnya menjadi standar praktik," jelas peneliti utama Profesor Mika Kivimaki, seperti dikutip dari BBC, Selasa (5/4/2011).
Studi ini jelas membuat kita berpikir dua kali tentang pepatah lama yang mengatakan, "kerja keras tidak akan membunuhmu".
"Informasi baru ini akan membantu meningkatkan keputusan mengenai pengobatan penyakit jantung. Bisa juga merupakan alarm bagi orang yang terlalu bekerja keras, terutama jika mereka sudah memiliki faktor risiko lain," terang Profesor Stephen Holgate dari Medical Research Council.
Faktor risiko lain juga memengaruhi
Selama studi, sebanyak 192 partisipan menderita serangan jantung. Mereka yang bekerja 11 jam atau lebih sehari lebih dari setengah lebih mungkin untuk mengalami serangan jantung daripada mereka yang bekerja dengan jam kerja lebih pendek.
Dan, orang yang menambahkan jam kerja sementara memiliki faktor hati, seperti tekanan darah tinggi, membuat prediksi para peneliti menjadi jauh lebih akurat.
"Menerapkan gaya hidup yang merugikan kesehatan merupakan wilayah kunci untuk perlindungan jantung, dan penelitian ini mengingatkan kita bahwa bukan hanya diet dan olahraga yang perlu kita pikirkan," tambah Profesor Stephen.
"Temuan terbaru ini meningkatkan kemungkinan bahwa jam kerja yang panjang dapat meningkatkan risiko serangan jantung. Namun studi lebih lanjut diperlukan untuk mengonfirmasi hubungan keduanya dan menjelaskan bagaimana hal tersebut dapat digunakan untuk mengubah pendekatan kami dalam menilai risiko seseorang terkena penyakit jantung. Juga, saran yang bisa kami berikan pada dunia kerja," papar Profesor Peter Weissberg dari British Heart Foundation.
Para ahli menduga, sejumlah faktor bisa mendasari seseorang terkena serangan jantung, seperti tekanan darah tinggi yang tidak terdeteksi, stres, kecemasan atau depresi, dan menjadi pribadi yang dikendalikan, agresif, ataupun pemarah.
"Studi lebih lanjut diperlukan untuk melihat apakah memotong jam kerja akan meningkatkan kesehatan jantung," tutup peneliti.
http://news.id.msn.com/okezone/lifestyle/article.aspx?cp-documentid=4757298
Besarnya risiko naik sebesar 67 persen pada orang yang bekerja selama berjam-jam. Demikian para peneliti dari Universitas College London, Inggris, melaporkan pada Jurnal Annals of Internal Medicine.
Tim peneliti mendasarkan temuan mereka pada lebih dari 7.000 pegawai negeri sipil yang dilacak kesehatannya sejak 1985.
Selanjutnya, mereka menyarankan dokter untuk juga menanyakan jam kerja pasien mereka saat memeriksa.
"Mempertimbangkan kesehatan pasien termasuk mengukur jam kerja mereka. Ini dilakukan oleh dokter dalam sebuah wawancara yang sangat sederhana. Penelitian kami menyajikan kasus yang kuat yang seharusnya menjadi standar praktik," jelas peneliti utama Profesor Mika Kivimaki, seperti dikutip dari BBC, Selasa (5/4/2011).
Studi ini jelas membuat kita berpikir dua kali tentang pepatah lama yang mengatakan, "kerja keras tidak akan membunuhmu".
"Informasi baru ini akan membantu meningkatkan keputusan mengenai pengobatan penyakit jantung. Bisa juga merupakan alarm bagi orang yang terlalu bekerja keras, terutama jika mereka sudah memiliki faktor risiko lain," terang Profesor Stephen Holgate dari Medical Research Council.
Faktor risiko lain juga memengaruhi
Selama studi, sebanyak 192 partisipan menderita serangan jantung. Mereka yang bekerja 11 jam atau lebih sehari lebih dari setengah lebih mungkin untuk mengalami serangan jantung daripada mereka yang bekerja dengan jam kerja lebih pendek.
Dan, orang yang menambahkan jam kerja sementara memiliki faktor hati, seperti tekanan darah tinggi, membuat prediksi para peneliti menjadi jauh lebih akurat.
"Menerapkan gaya hidup yang merugikan kesehatan merupakan wilayah kunci untuk perlindungan jantung, dan penelitian ini mengingatkan kita bahwa bukan hanya diet dan olahraga yang perlu kita pikirkan," tambah Profesor Stephen.
"Temuan terbaru ini meningkatkan kemungkinan bahwa jam kerja yang panjang dapat meningkatkan risiko serangan jantung. Namun studi lebih lanjut diperlukan untuk mengonfirmasi hubungan keduanya dan menjelaskan bagaimana hal tersebut dapat digunakan untuk mengubah pendekatan kami dalam menilai risiko seseorang terkena penyakit jantung. Juga, saran yang bisa kami berikan pada dunia kerja," papar Profesor Peter Weissberg dari British Heart Foundation.
Para ahli menduga, sejumlah faktor bisa mendasari seseorang terkena serangan jantung, seperti tekanan darah tinggi yang tidak terdeteksi, stres, kecemasan atau depresi, dan menjadi pribadi yang dikendalikan, agresif, ataupun pemarah.
"Studi lebih lanjut diperlukan untuk melihat apakah memotong jam kerja akan meningkatkan kesehatan jantung," tutup peneliti.
http://news.id.msn.com/okezone/lifestyle/article.aspx?cp-documentid=4757298
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar